Translate

Senin, 15 September 2014

TES STANDAR DAN TES NONSTANDAR

TES STANDAR DAN TES NONSTANDAR

A.      Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis kuno: testum dengan arti: piring untuk menyisihkan logam-logam mulia (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi), dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesianya diterjemahkan dengan makana “tes, ujian atau percobaan”. Dalam bahasa Arab Imtihan.[1]
Sedangkan Sumadi Suryabrata, mengartikan tes adalah: “pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee lainnya”.[2]
Dari kedua pengertian diatas, diambil pengertian, tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan petunjuk yang dutujukan kepada testee unruk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Atas dasar respon tersebut ditentukan tinggi rendahnya skor dalam bentuk kuantitatif, selanjutnya dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang bersifat kualitatif.

B.      Tes Standar
1.     Pengertian Tes Standar
            Pengertian tes standar secara sempit adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara professional. Tes tersebut diketahui memenuhi syarat sebagai tes yang baik. Tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama, dapat diterapkan pada beberapa obyek mencakup wilayah yang luas.
Istilah “standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan menggunakan petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan demikian maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu standar penampilan (performance) dan penampilan kelompok lain dapat dibandingkan dengan penampilan kelompok standar tersebut.
Istilah “standar” tidak mengandung arti bahwa tes tersebut mengukur apa yang harus dan dapat diajarkan pada suatu tingkat tertentu atau bahwa tes itu menyiapkan suatu standar prestasi dimana siswa harus dan dapat mencapai suatu tingkat tertentu. Sekali lagi, tes standar dipolakan untuk penampilan prestasi sekarang (yang ada) yang dilaksanakan secara seragam, diusahakan dalam kondisi yang seragam, baik itu diberikan kepada siswa dalam pelaksanaan perseorangan maupun siswa sebagai anggota dari suatu kelompok.[3]

2.     Kegunaan Tes Standar
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes standar adalah:
a.      Jika ingin membuat perbandingan.
b.     Jika banyak orang yang akan memasuki suatu sekolah tetapi tidak tersedia data tentang calon ini.
Secara garis besar kegunaan tes standar adalah:
a.      Membandingkan prestasi belajar dengan pembawaan individual atau kelompok.
b.     Membandingkan tingkat prestasi siswa dalam keterampilan di berbagai bidang studi untuk individual atau kelompok.
c.      Membandingkan prestasi siswa berbagai sekolah atau kelas.
d.     Mempelajari perkembangan siswa dalam suatu periode atau waktu tertentu.

3.     Kelengkapan Tes Standar
            Sebuah tes yang sudah distandarisasikan dan sudah dapat disebut sebagai tes standar, biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual ini memuat keterangan-keterangan atau petunju-petunjuk yang perlu terutama yang menjelaskan tentang pelaksanaan, mengskor, dan mengadakan interpretasi.
            Secara garis besar manual tes standar ini memuat:
a.     Ciri-ciri mengenai tes.
Misalnya menyebutkan tingkat validitas. Tingkat reliabilitas dan sebagainya.
b.     Tujuan serta keuntungan-keuntungan dari tes.
Misalnya yang disebutkan untuk siapa tes tersebut diberikan dan untuk tujuan apa.
c.     Proses standarisasi tes.
Misalnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sampel.
-Besarnya sampel,
-Teknik sampling,
-Kelompok mana yang diambil sebagai sampel(sifat sampel).
d.     Petunjuk-petunjuk tentang cara melaksanakan tes.
Misalnya: dilaksanakan dengan lisan atau tertulis, watu yang digunakan untuk mengerjakan setiap bagian, boleh tidaknya tercoba keluar jika sudah selesai mengerjaan soal itu dan sebagainya.
e.     Petunjuk-petunjuk bagaimana cara menskor. 
Misalnya: untuk beberapa skor tiap-tiap soal/unit, menggunakan sistem hukuman atau tidak, bagaimana cara menghitung nilai akhir dan sebagainya.
f.      Petunjuk-petunjuk untuk menginterpretasikan hasil.
Misalnya:
-Betul nomor sekian sampai sekian cocok untuk jabatan kepala seksi,
-Betul nomor sekian saja, cocok untuk jabatan guru dan sebagainya.
g.     Saran-saran lain.
Misalnya: siapa pun harus menjadi pengawas, bagaimana seandainya tidak ada calon yang mencapai skor tertentu dan sebagainya.[4]


4.   Jenis-jenis Tes Standar
            Tes standar diklasifikasikan menjadi 7 jenis utama dan beberapa contoh dari setiap jenis yang sering digunakan dalam penelitian:

1)     Tes kecerdasan
            Tes kecerdasan memberikan perkiraan tingkat intelektual umum dengan sampling kinerja seseorang pada berbagai tugas. Tugas-tugas ini dapat mencakup definisi kata, pemecahan masalah matematika, pengetahuan umum, dan memori jangka pendek.
                        Tes kecerdasan sangat dijunjung tinggi oleh para peneliti pendidikan dan personil sekolah karena keberhasilan mereka dalam memprediksi prestasi sekolah. Bahkan sering disebut tes bakat skolastik karena mayoritas dari tes tersebut mengukur spek-aspek kecerdasan yang tampaknya diperlukan untuk suksesd alam belajar di sekolah.
2)    Tes bakat
            Tes bakat ditujukan untuk prediksi kinerja siswa dalam perilaku spesifik. Tes yang tersedia untuk mengukur bakat bagi banyak mata pelajaran tertentu seperti bahasa asing, seni, musik, dan matematika. Sebuah kecenderungan utama dalam pengujian pendidikan adalah perkembangan dari pengujian yang mengukur berbagai macam bakat yang berkaitan dengan keberhasilan kejuruan dan skolastik.
3)    Tes prestasi
                        Tes prestasi banyak tersedia. Beberapa tes dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan siswa mengenai fakta yang spesifik, pemahaman siswa dan penguasaan prinsip-prinsip dasar. Meskipun tes prestasi telah dikritik atas dasar sosial, tes tersebut  mungkin yang paling valid, dapat diandalkan, dan berguna untuk peneliti pendidikan.
                        Administrasi waktu untuk tes prestasi yang berbeda sangat bervariasi, beberapa  tes mengambil sedikitnya 30 menit, sedangkan yang lain memerlukan dua hari pengujian. Tes prestasi juga berbeda dalam subjek-materi cakupan. Dalam memilih suatu tes prestasi untuk proyek penelitian, harus terlebih dahulu memutuskan bidang prestasi yang akan diukur dan kemudian mengevaluasi tes yang dimaksudkan untuk mengukur prestasi di bidang ini.

4)    Tes diagnostic
            Tes diagnostik adalah bentuk tes prestasi. Namun, tes prestasi biasanya menghasilkan skor tunggal menunjukkan tingkat umum prestasi siswa dalam mata pelajaran tertentu. Beberapa tes diagnostik digunakan umum adalah Stanford Diagnostic Reading Test, Stanford Diagnostic Mathematics Test, dan Diagnostic Skreening Test.
            Ada beberapa keuntungan untuk administrasi tes diagnostik dalam program penelitian atau perbaikan. Pertama, siswa yang memiliki kekurangan tertentu dalam subjek dapat diidentifikasi. Kedua, penggunaan tes diagnostik sangat membantu dalam perencanaan perbaikan instruksi individual, pendekatan yang dianjurkan oleh banyak pendidik. Kerugian dari beberapa tes diagnostik adalah bahwa sub scores memiliki reliabilitas yang rendah dan sangat saling berkorelasi dengan satu sama lain.
5)     Mengukur kreatifitas
            Cara untuk mengidentifikasi dan melatih kreatifitas seseorang merupakan masalah utama dalam penelitian pendidikan selama dua dekade ini. Sangat mengejutkan bahwa ternyata telah banyak berkembang pula cara untk mengukur kreatifitas pada waktu yang dua dekade ini. Alasan mendasar dalam melakukan penelitian dalam kreativitas adalah meningkatnya ketertarikan para pendidik terhadap factor-faktor non-intelektual, seperti kreatifitas dan personalitas, dalam pencapaian siswa di sekolah.
            Kebanyakan pengukuran tentang kreativitas ditekankan pada penilaian terhadap kemampuan belajar siswa dan sifat-sifat siswa yang dapat berkontribusi pada pencapaian kreatif siswa. Hal tersebut tidak mengukur secara langsung tingkat krativitas siswa.
6)    Self-report dalam pengukuran kepribadian
            Pengukuran ini digunakan secara berkelanjutan dalam penelitian pendidikan untuk menggambarkan karakteristik kepribadian kelompok yang sesuai dengan kebutuhan peneliti; seperti kelompok minoritas, kelompok anak-anak kurang beruntung dsb. Mereka juga menggunakan cara tersebut dalam penelitian yang dilakukannya untuk melihat keterkaitan antara karakteristik seseorang dengan faktor-faktor lainnya, seperti tingkat kecerdasan, prestasi dalam kelompoknya atau popularitas.
            Keuntungan dari tes tersebut adalah murah dan mudah untuk diatur dan dinilai. Pertanyaan yang dikemukakan pada tes tersebut sebagian besar berupa pertanyaan objektif; seperti pertanyaan ya-tidak atau pertanyaan berbentuk pilihan ganda.
            Kekurangan dari tes ini adalah tes ini biasanya merupakan self-report dari individu yang dites. Seperti self-report pada umumnya, tes tersebut akan akurat apabila persepsi diri dari individu tersebut juga akurat dan juga terkait dengan kejujuran individu tersebut dalam mengisi tes tersebut. Hal tersebut merupakan masalah bagi banyak penelitian di bidang pendidikan dan psikologi.
7)    Teknik proyektif
            Istilah teknik-teknik proyektif ini dipopulerkan oleh Frank LK. Salah satu keuntungan yang diklaim sebagai teknik proyektif atas diri sendiri-laporan persediaan adalah bahwa mereka kurang tunduk pada berpura-pura. Teknik-teknik proyektif yang paling banyak digunakan adalah Uji Rorschach dan Test Apperception Tematik (TAT). Di Rorschach, subjek menanggapi satu set percikan tinta, sedangkan dalam TAT subjek menanggapi satu set gambar.
            Terlepas dari popularitas tes proyektif kami akan merekomendasikan bahwa mereka akan digunakan dengan hati-hati dalam proyek penelitian, karena sebagai aturan, ukuran ini membutuhkan pelatihan yang ekstensif dan pengalaman untuk mengelola, skor, dan menafsirkan. Jika Anda memutuskan untuk menggunakan Rorschach atau teknik proyektif serupa dalam proyek Anda, anda harus mempekerjakan orang-orang yang memenuhi syarat untuk mengelola, skor dan menginterpretasikan hasil.[5]

C.      Tes Nonstandar
1.     Pengertian Tes Nonstandar
            Tes nonstandar adalah kebalikan tes standar, yaitu tes yang disusun oleh seorang pendidik yang belum memiliki keahlian professional dalam penyusunan tes, atau mereka yang memiliki keahlian tetapi tidak sempat menyusun tes secara baik, mengujicobakan, melakukan analisis sehingga validitas dan reliabilitas belum dapat dipertanggungjawabkan.
Tes buatan guru memang memiliki beberapa kekhususan, bisa jadi syarat kualitatif belum terpenuhi, tetapi ia memiliki kelebihan lebih cocok untuk mengukur hal-hal khusus yang tidak dapat distandarisasikan, seperi formatif, tes diagnostik, hasilnya lebih realistik. Sebab tes ini dirancang sesuai dengan keadaan peserrta didik.

2.     Kegunaan Tes NonStandar
1)     Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu.
2)     Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.
3)     Untuk memperoleh suatu nilai.
Selanjutnya baik tes standard an tes buatan guru dianjurkan dipakai jika hasilnya akan digunakan untuk:
1)     Mengadakan diagnosis terhadap ketidak mampuan siswa.
2)     Menentukan tempat siswa dlam suatu kelas atau kelompok.
3)     Memberikan bimbingan kepada siswa dalam pendidikan dan pemilihan jurusan.
4)     Memilih siswa untuk program-program khusus.[6]

3.     Menilai Tes Nonstandar
            Ada 4 cara untuk menilai tes yaitu :
1)    Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut.
            Pertanyaan-pertanyaan tersebut, antara lain:
Ø  Apakah banyaknya soal untuk tiap topik sudah seimbang?
Ø  Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan?
Ø  Apakah soal yang kita susun tidak merupakan pertanyaan yang membingungkan?
Ø  Apakah soal itu tidak sukar untuk dimengerti?
Ø  Apakah soal itu tidak dapat dikerjakan oleh sebagian siswa?
2)    Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.
Faedah mengadakan analisis soal:
Ø  Membantu kita dalam mengidentifikasi butir-butir soal yang jelek.
Ø  Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut.
Ø  Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun.
3)    Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler. Untuk mengadakan checking validitas kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.
            Dalam hal ini Terry D. Ten Brink, mengemukakan pendapatnya demikian:
Ø  Untuk tes yang dirancang akan menggunakan norm-referenced tidak harus menuliskan setiap tujuan khusus, tetapi cukup dengan tujuan-tujuan yang esensial saja.
Ø  Untuk tes yang dirancang akan menggunakan criterion referenced, maka setiap tujuan khusus harus dicantumkan dalam tabek spesifikasi.
Ø  Cara keempat adalah dengan mengadakan checking reliabilitas.
            Salah satu indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.[7]

D.      Perbandingan Tes Standar dan Tes Buatan Guru.
            Tes standar disusun dalam tipe-tipe soal yang sama yang meliputi bahan atau pengetahuan yang sama banyak dengan bahan atau pengetahuan yang dicakup oleh tes buatan guru. Lalu apakah perbedaan antara tes standar dengan tes nonstandar, atau apakah keburukan dan keuntungan tes standar?
Pertama, marilah kita tinjau perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru. Perbedaannya adalah sebagai berikut:

Tes Standar
Tes Nonstandar
Didasarkan atas bahan dan tujuan umum dari sekolah-sekolah di seluruh Negara.
Didasarkan atas bahan dan tujuan khusus yang dirumuskan oleh guru untuk kelasnya sendiri.
Mencakup aspek yang luas dan pengetahuan atau keterampilan dengan hanya sedikit butir tes untuk setiap keterampilan atau topik.
Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan atau keterampilan yang sempit.
.Disusun dengan kelengkapan staf profesor, pembahas, dan editor butir tes.
Biasanya disusun sendiri oleh guru dengan sedikit atau tanpa bantuan orang lain/tenaga ahli.
Menggunakan butir tes yang sudah diujicobakan (try out), dianalisis dan direvisi sebelum menjadi sebuah tes.
Jarang menggunakan butir tes yang sudah diujicobakan, dianalisis dan direvisi.
Mempunyai reliabilitas yang tinggi.
Mempunyai reliabilitas sedang atau rendah.
Dimungkinkan menggunakan norma untuk seluruh Negara.
Norma kelompok terbatas kelas tertentu.

            Sumardi Suryabrata, menegaskan bahwa dalam masalah norma, sebenarnya ada tiga jenis, yaitu:
a.      Norma nasional
b.     Norma lokal
c.      Norma sekolah
Perbedaan antar norma nasional dan norma lokal mencakup daerah liputannya. Norma nasional memiliki karateristik yang unik, tidak sederhana, dan tidak mudah menyusunnya. Sedangkan norma lokal lebih cermat dalam menginterprestasikan prestasi dalam jangkauan wilayahnya, hal ini penting bilamana akan dipakai untuk melakukan penilaian pendidikan. Norma nasional sekalipun sulit, namun bila sudah tersusun sangat berguna untuk acuan menginterpretasikan taraf kompetensi individual, sekolah, dan wilayahnya.
Norma sekolah dapat dipakai sebagai acuan interpretasi hasil tes peserta didik dari sekolah bersangkutan. Oleh karena itu masing-masing sekolah memiliki norma sendiri sesuai dengan kualitas sekolah bersangkutan.
Pada saat ini hasil belajar peserta didik kita jumpai penggunaan dua norma, yaitu norma sekolah dan norma nasional Norma sekolah ditemuan dalam STTB dan nilai rata-rata rapor, sedangkan norma nasional ditemukan pada NEM (Nilai Ebtanas Murni). Secara ideal lebih baik bilamana setiap peserta didik juga memiliki norma lokal.[8]
            Kedua, untuk menyusun tes standar, dibutuhkan waktu yang lama. Seperti disebutkan bahwa untuk memperoleh sebuah tes standar melalui prosedur:
Ø  Penyusunan
Ø  Uji coba
Ø  Analisa
Ø  Revisi
Ø  Edit.
Kelima kegiatan ini membutuhkan waktu lama.[9]




BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
            Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan petunjuk yang dutujukan kepada testee unruk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Tes standar adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara professional, sedangkan tes nonstandard adalah tes yang disusun oleh seorang pendidik yang belum memiliki keahlian professional dalam penyusunan tes, atau mereka yang memiliki keahlian tetapi tidak sempat menyusun tes secara baik, mengujicobakan, melakukan analisis sehingga validitas dan reliabilitas belum dapat dipertanggungjawabkan.
            Sebuah tes yang sudah distandarisasikan dan sudah dapat disebut sebagai tes standar, biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual ini memuat keterangan-keterangan atau petunju-petunjuk yang perlu terutama yang menjelaskan tentang pelaksanaan, mengskor, dan mengadakan interpretasi.
            Tes standar disusun dalam tipe-tipe soal yang sama yang meliputi bahan atau pengetahuan yang sama banyak dengan bahan atau pengetahuan yang dicakup oleh tes buatan guru. untuk menyusun tes standar, dibutuhkan waktu yang lama. Seperti disebutkan bahwa untuk memperoleh sebuah tes standar melalui prosedur, yakni penyusunan, uji coba, analisa, revisi, dan edit. Kelima kegiatan ini membutuhkan waktu lama. Sedangkan tes nonstandar hanya membutuhkan sedikit waktu untuk menyusunnya.

B.      Saran
            Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat, terutama bagi penulis sendiri dan bagi pembaca lainnya serta menambah wawasan dalam bidang karya ilmiah. Dan penulis sangat sadar, kalau makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Maka karena hal itu, penulis sangat mengharapkan kritikan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011).

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), Ed. 2. Cet. 3

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi. Cet. 9





-----------------------------------------------------------------

[1] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011). Halaman 66
[2] http://tommyputraalafanta.blogspot.com/2011/06/evaluasi-hasil-belajar.html
[3] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), Ed. 2. Cet. 3. Halaman. 159
[4] Ibid. Halaman 162
[5] http://audra-pramitha.blogspot.com/2011/10/tes-terstandarisasi.html
[6] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,... Cet. 3.  Halaman 162
[7] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi. Cet. 9. Halaman. 205-206
[8] http://yudhy91.blogspot.com/2010/07/tes-terstandar-dan-tes-non-standar.html
[9] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,... Cet. 3. Halaman. 160

AMALAN AGAR SELAMAT IMAN KETIKA SAKARATUL MAUT

🔔 FAEDAH🔔 فائدة عن سيدى عبد الوهاب الشعرانى نفعنا الله به أن من واظب على قراءة هذين البيتين فى كل يوم جمعة توفاه الله على الإسلام م...