BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pengkajian
Islam jika dilihat dari sisi para pengkajinya, dapat dikategorikan dalam dua
kelompok, yakni kelompok Outsider dan
Insider . Dalam tradisi lama,kajian
keislaman dalam perspektif Insider lebih
bersifat transmisi karena mereka melakukan kajian dan penelitian lebih banyak
mengulang dari apa saja yang telah disampaikan oleh gurunya. Islam saat ini
tidak lagi dipandang sebagai agama eksklusif, namun sebaliknya, sebagai agama
yang insklusif. Hal ini tampaknya menunjukkan suatu fakta bahwa Islam sebagai
agama yang mengayomi seluruh umat manusia menjadi realitas yang terbuka dalam
pembuktiannya.
B. Rumusan
Masalah
- Apa
Karakteristik Islamic studies ?
- Bagaimana
Islamic Studies dalam Perspektif
Outsider ?
- Bagaimana
Islamic Studies dalam Perspektif Insider ?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui
Karakteristik Islamic studies!
- Untuk
mengetahui Islamic Studies dalam Perspektif Outsider!
- Untuk
mengetahui Islamic Studies dalam Perspektif Insider !
D. Sasaran
Yang Ingin Di Capai
Semoga dengan adanya makalah ini
dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan bagi pembaca lainnya serta
menambah wawasan dalam bidang karya ilmiah
BAB II
PENGKAJI KEISLAMAN OUTSIDER, INSIDER
DAN SCOPE KAJIAN ISLAM
A. Karakteristik Islamic Studies
Pengkajian Islam jika dilihat dari sisi para pengkajinya, dapat
dikategorikan dalam dua kelompok, yakni kelompok Outsider dan Insider . Islam
saat ini tidak lagi dipandang sebagai agama eksklusif, namun sebaliknya,
sebagai agama yang insklusif. Hal ini tampaknya menunjukkan suatu fakta bahwa
Islam sebagai agama yang mengayomi seluruh umat manusia menjadi realitas yang
terbuka dalam pembuktiannya.
Islam
sebagai agama samawi, sepanjang sejarah, telah ditelaah oleh dua kalangan di
atas dengan berbagai perspektif maupun pendekatan yang mereka kuasai. Dalam
perkembangannya, dari kalangan Insider,
para tokoh yang muncul adalah sarjana-sarjana dari kalangan muslim yang
memiliki pandangan kritis dalam mengkaji Islam. Mereka tidak sampai pada
peningkaran dogma-dogma agama secara absolut, namun mereka dalam mengkaji Islam
lebih kritis jika dibandingkan pandangan umum masyarakat Islam.[1]
Untuk
melihat lebih jauh dan mendudukkannya secara tepat dan porposional terhadap dua
kelompok pengkajikan Islam ( Outsider dan
Insider ) tersebut di atas, penulis
akan memaparkan deskripsi keduanya berdasarkan informasi pustaka dan kenyataan
yang ada.
1. Islamic Studies Dalam Perspektif Outsider
Pengkajian keislaman dapat pula
dilakukan oleh para ilmuan dari luar kalangan Islam sendiri. Sarjana-sarjana
Barat tampaknyaamat tertarik dengan dinamika um at Muslim di dunia ini. Fenomena
ini telah muncul sejak lama ketika sarjana Barat merasa perlu melakukan sikap
pertahanan diri atas keyakinan yang diyakininya hingga sekarang mereka
memandang perlu melakukan pengkajian Islam berdasarkan bagaimana Islam dipahami
oleh umatnya. Pemahaman dan langkah penelitian dengan dasar bagaimana Islam
dipahami oleh umatnya ini dikenal dengan pendekatan fenomenologi. Mereka sadar
bahwa selama ini banyak sarjana Barat telah melakukan pendekatan yang salah
karena mereka menggunakan paradigma dan teori mereka sendiri dalam mengkaji
Islam sehingga pembahasannya menjadi bias, tidak lagi objektif berdasarkan realitas Islam yang dipahami dan
diamalkan oleh umatnya.
Kajian keislaman dalam perspektif outsider sebenarnya pada mulanya
berangkat dari semangat pemahaman kajian orientalis. Di samping itu, terdapat
fenomena yang menyeruak di hadapan para sarjana Barat bahwa Islam merupakan
sebuah agama yang sangat cepat perkembangannya, bahkan secara kuantitas sudah
mendekati jumlah komunitas Kristen di dunia ini.
Studi islam yang dilakukan oleh
kebanyakan sarjana-sarjana Barat yang non- Muslim itu kemudian disebut Islamic Studies dalam perspektif Outsider. Sebagaimana telah dijelaskan di
atas, Islam bukan lagi sebagai otoritas mutlak bagi umat pemeluknya dalam
pengkajiannya, namun terbuka bagi kalangan mana saja untuk melakukan kajian
Islam, akan tetapi dalam kajian keislaman ini ada dua hal yang perlu
diperhatikan.
Beberapa dasawarsa terakhir ini,
studi keislaman sudah diterima dengan mantap dalam dunia keilmuan di Barat
sebagai satu spesialisasi disiplin keilmuan yang di akui. Pada awalnya, kajian keislaman merupakan
bagian terpenting bagi oriantelisme. Hal ini kemudian mengakibatkan metodelogi
yang berkembang dalam disiplin filologi dan sejarah terus berperan dalam kajian
keislaman hingga saat ini. [2]
Kajian keislaman dalam perspektif outsider ini telah melahirkan beberapa
hasil penelitian. Beberapa buku perkenalan umum tentang Islam sebagai agama dan
peradaban oleh penulis tunggal menunjukkan pentingnya pendekatan
multi-disipliner, meskipun pencarian suatu karya ideal dalam kapasitas ini
masih terus berlangsung dan tujuannya mungkin akan terus bergema. Di samping
itu, karya klasik Marshall GS. Hodgson, The Venture
of Islam ( 1961 ) merupakan tulisan yang mendobrak pendekatan lama terhadap
sejarah dan umat Islam masih terus
dipergunakan. Hasil penelitian ini terdiri dari tiga jilid sesuai pembagian
sejarah Islam. Disamping tebalnya buku ini, gaya bahasanya yang khas dan
berbelit-belit sering membuat banyak mahasiswa, termasuk orang Amerika sendiri,
mengalami kesulitan dalam memahaminya, hingga sering dianggap sebagai bacaan
lanjutan bagi yang ingin mendalami subjek keislaman.
2. Islamic Studies dalam Perspektif Insider
Islam sebagai objek kajian
senantiasa menarik sering dengan berkembangnya pendekatan , disiplin ilmu, dan
metodelogi. Oleh karena itu, pengkajian Islam yang dilakukan oleh para ilmuan
baik dari kalangan sarjana Muslim sendiri maupun sarjana Barat tidak akan
berhenti. Ketertarikan para peneliti tampaknya lebih merupakan kedinamisan
Islam dan masyarakatnya, dank arena banyaknya tantangan yang dihadapi Umat
Muslim dalam mengaktualisasikan ajaran-ajarannya.
Kajian dari kalangan Insider lebih
dalam lagi karena ingin memberikan respons Islam atas tantangan kontemporer.
Pengkajian Islam dalam perspektif insider kini mulai menunjukkan
kecenderungan yang cukup kritis. Dari segi ajaran, buku Fazlur Rahman, Islam (edisi kedua 1979) yang sudah
mengalami banyak cetak ulang, merupakan buku pengantar wajib untuk mata kuliah Islamic Studies di universitas di Eropa
dan Amerika. Kajian kritis tentang Islam telah dilakukan oleh Nashr Hamid Abu
Zayd dalam bukunya, Naqd al-Khithab
al-Dini (1994) merupakan buku yang mengkaji tentang wacana agama dengan
perspektif wacana Islam kritis. Buku ini menjelaskan bahwa pertentangan dalam
wacana agama yang terjadi sekarang ini bukanlah sekadar pertentangan di seputar
teks-teks agama ataupun interpretasi terhadapnya, melainkan pertentangan
menyeluruh yang meliputi semua aspek kesejarahan, social, politik dan ekonomi;
pertentangan yang melibatkan kekuatan-kekuatan takhayul dan mitos atas nama
agama.
Buku Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat: Menepis Tudingan,
Meluruskan Kesalahpahaman (2004) merupakan satu buku yang banyak mendapat
pujian dari berbagai kalangan. [3]
Tulisan Bassam Tibi (et.al.), Islamic Political Ethic: civil Society,
Plurarism, and Ethics, yang
diterjemahkan oleh Syafiq Hasyim dkk. Menjadi Etika Politik Islam: Civil Society,
Pluralisme, dan Konflik (2005). Buku ini memang ditulis oleh sepuluh
ilmuan. Para pengarang mengkaji etika politik Islam tentang Civil Society, batas wilayah, pluralisme,
perang dan damai. Mereka membahas pertanyaan-pertanyaan tentang keragaman, yang
mendiskusikan antara lain kebijakan rezim-rezim Islamis terhadap wanita dan
minoritas agama. Bab-bab tentang perang dan damai membahas isu-isu penting dan
hangat seperti etika islam tentang jihad, yang mengkaji baik kondisi-kondisi
yang sah untuk mendeklarasikan perang dan cara perang yang layak.
Dalam pembahasan mereka, para
penulis buku ini menganalisis karya-karya penulis klasik dan sejumlah
reinterpretasi modern. Akan tetapi, diluar analisis pemikir kontemporer dan
klasik ini, tulisan-tulisan dalam buku ini juga menggunakan dua sumber dasar
etika Islam-Alquran dan hadist untuk mendapatkan pencerahan segar tentang
bagaimana Islam dan orang-orang memberikan sumbangan pada masyarakat ia abad
ke-21 ini.
Para penulis buku ini, disamping
Bassam Tibi adalah Dale F. Eickelman, Sohai H.Hasyim, Farhad Kazemi, John
Kelsey, Muhammad Khalid Masud, Sulayman Nyang, dan M. Raquibuz Zaman. Para
penulis ini tidak semuanya Muslim.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengkajian Islam jika dilihat dari
sisI para pengkajinya, dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yakni kelompok Outsider dan Insider . Dalam tradisi lama,kajian keislaman dalam perspektif Insider lebih bersifat transmisi karena
mereka melakukan kajian dan penelitian lebih banyak mengulang dari apa saja
yang telah disampaikan oleh gurunya Islam saat ini tidaK lagi dipandang sebagai
agama eksklusif, namun sebaliknya, sebagai agama yang insklusif. Hal ini
tampaknya menunjukkan suatu fakta bahwa Islam sebagai agama yang mengayomi
seluruh umat manusia menjadi realitas yang terbuka dalam pembuktiannya.
B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini
dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan bagi pembaca lainnya serta
menambah wawasan dalam bidang karya ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
Dr.
Jamali Sahrodi, Metodelogi Studi Islam,
Bandung :Pustaka Setia,2008
Nur A. Fadhil Lubis, Beberapa
Trend Baru dalam Kajian Keislaman di Amerika Serikat: Suatu Survey kepustakaaan, makalah: 1994
Alwi Shihab, Membedah
Islam di Barat: Menepis Tudingan, Meluruskan Kesalahpahaman, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama,2004
[1] Dr. Jamali Sahrodi, Metodelogi Studi Islam, ( Bandung
:Pustaka Setia,2008 ) hlm,179
[2] Nur A. Fadhil Lubis, Beberapa Trend Baru dalam Kajian Keislaman
di Amerika Serikat: Suatu Survey kepustakaaan,
(makalah: 1994), hlm.3
[3] Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat: Menepis Tudingan,
Meluruskan Kesalahpahaman,( Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama,2004)