KATA PENGANTAR

Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan penyelesain makalah yang berjudul “puasa sunnah” penulis makalah
adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Fiqih semua pihak ya ng telah
membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini terutama kepada bapak Tgk.
Murtadha Yusuf MA selaku dosen pengampu serta teman-teman semua.
Penyusun
menyadari keterbatasan sebagai manusia, makalah ini jauh dari kesempurnaan,
oleh sebab itu penyusun berharap kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
memperbaiki makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bermanfat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Juli,
28 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGAHTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.......................................................................
1.2 Tujuan .........................................................................................
BAB II PUSA-PUASA
SUNAT
2.1 Pengertian
puasa sunat ...............................................................
2.2 Puasa-pusa sunat......................................................................
2.3 Manajemen puasa sunat..............................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................
3.2 Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rukun
Islam dan seluruh ajaran-Nya yang agung itu setelah mengucapkan Dua Kalimat
Syahadat berikutnya mendirikan Shalat, membayar Zakat, puasa Ramadhan dan berha
ke Baitil Haram. Namun demikian ibadah yang tercermin dalam sikap meniggalkan
dan menahan diri ini bukan sesuatu yang bersifat negatif. Dan yang menjadikan
sikap demikian mempunyai nilai ibadah adalah dikarnakan orang muslim melakukan hal
itu atas kehendak dan pilihan-Nya dengan motif (niat) mendekatkan diri kepada
Allah Ta’ala. Maka oleh karena itu tindakan-tindakan rohani dan jasmani seperti
yang demikian itulah bersifat positif yang mempunyai nilai positif pula dalam
neraca timbangan amalan di Yaumi Hisab.
Ibadah
puasa bukan hanya sekedar menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi yang
dimaksudkan untuk mewujutkan pribadi yang bertaqwa.
B. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian puasa sunat!
2. Untuk
mengetahui beberapa puasa sunat!
3. Untuk
mengetahui manajemen puasa sunat!
BAB II
PUASA-PUASA
SUNAT
A. Pengrtian Puasa
Sunat
Puasa
sunat ialah puasa yang dikerjakan karena semata-mata untuk mengharapkan akan
keampunan, keridhaan, keberkahan dan litaqarruba ilaihi. Puasa sunat boleh
dikerjakan pada bila-bila masa yang diingini jika seorang itu merasa
berkemampuan untuk melaksanakannya kecuali pada hari-hari yang diharamkan
berpuasa, dan bila tidak dikerjakan tidak berdosa, maka jelas definisi sunnah
itu adalah “dikerjakan berpahala dan bila ditinggalkan tidak apa-apa” maka
alangkah indahnya bila kita melaksanakannya dan sungguh rugi bila di
tinggalkannya, mengapa rugi? Karena hidup didunia ini adalah untuk
mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat. Maka berpandai-pandailah untuk
memenej puasa sunnah dalam kehidupan pribadi anda untuk mempersiapkan bekal di
Akhirat kelak.
B. Puasa-puasa
Sunnah
1. Puasa Syawal
Disunatkan
bagi yang telah menyelesaikan puasa ramadhan untuk mengikutinya dengan puasa
enam hari pada bulan Syawal, kecuali pada tanggal pertama.
Seperti sabda Rasulullah saw:
“Barangsiapa
yang berpuasa pada bulan ramadhan lalu diiringinya dengan enam bulan syawal,
maka seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang masa”. (H.R. Muslim)[1]
Menurut
imam ahmad puasa tersebut dapat dilakukan berturut-turut atau tidak
berturut-turut, dan tidak ada kelebihan antara cara yang pertama dan cara yang
ke dua dan sebaliknya. Sedangkan menurut imam Syafi’ dan Hanafi, lebih utama
melakukannya secara berturut-turut, yaitu setela hari raya.[2]
2. Puasa Arafah
Orang
yang tidak melaksanakan haji disunatkan un tuk melaksanakan puasa pada tanggal
9 Zulhijjah atau sering disebut puasa Arafah, dan Rasulullah melarang pada hari
arafah di arafah.
Hadist Nabi saw:
“Puasa pada hari Arafah dapat menghapuskan selama
dua tahun, yaitu tahun yang berlalu dan tahun yang akan datang, dan puasa hari
Asyura menghapuskan dosa tahun lalu”. (H.R. Jamaah kecuali Bukhari dan
Tirmizi).
3. Puasa A’syura
Yaitu
pda sepuluh hari bulan muharram, seperti sabda Rasulullah saw.
“Puasa pada
hari a’syura karena Allah Taala itu di ampun Allah Ta’ala dosa setahun yang
dahulu”. (H.R. Muslim).
Dan
demikian juga sunat hukumnya melakukan puasa pada tanggal sembilan Muharram.
Seperti sabda Rasulullah saw.[3]
“Seandainya aku
masih ada hingga tahun depan maka aku akan berpuasa pada hari ke sembilan,
yakni bersama dengan ‘asyura”. (H.R. Ahmad dan Muslim) .
4. Puasa Senin dan
Kamis
Pada kedua hari itulah dingkat oleh
malaikat seluruh amalan kita.
Rasulullah
saw bersabda:
“Bahwasanya
pada hari senindan kamis itu dinaikkan oleh malaikat akan segala amal ke
hadhirat Allah swt, maka aku gemar bahwa dipersembahkan amalku tatkala itu aku
berpuasa”.[4]
5. Puasa Bulan
Sya’ban
Pada bulan itulah seluruh amalan-amalan
kita diangkat kepadanya
Seperti sabda Rasulullah saw dari
Usamah Bin Zaid R.A :
“ Aku bertanya,
Ya Rasulullah, kelihatannya tidak satu bulanpun yang lebih banyak Engkau
berpuasa dibandingkan bulan Sya’ban!, Rasulullah bersabda: Bulan ini sering
dilupakan oleh karena letaknya antara Rjab dan Ranadhan, sedangkan pada bulan
itulah diangkatnya amalan-amalan kepada Tuhan Rabbul ‘Alamin. Maka aku ingin
amalku dibawa naik dalam keadaan aku berpuasa”. ( H.R. Abu
Dawud, An-Nasai, dan dinyatakan sahih oleh Ibnu Khuzaimah).
6. Puasa Ayyamul
Baith (Pertengahan Bulan)
Puasa
berulang-ulang sebab berulang-ulang bulan yaitu Ayyamul Baidh itu adalah pada
tiap-tiap bulan tiga hari yaitu tiga belas hari bulan datang kepada lima belas
hari bulan.
Seperti sabda Rasulullah saw:
”Rasulullah Saw memerintahkan kami
untuk berpuasa tiga hari dalam sebulan yaitu pada tanggal 13, 14 dan 15 (H.R.
An-Nasai’ serta At-Tarmizi dan di Sahehkan oleh Ibnu Hajar)[5]
C. Manajemen Puasa
Sunnah
Sabda Rasulullah saw:
“Barangsiapa
puasa sehari pada Allah Subhanahuata’ala niscaya dijaukan Allah Ta’ala akan dia
dari pada api neraka selama tujuh puluh tahun”.(H.R. Muslim).[6]
Manfaaf
bagi kesehatan jasmani antara lain adalah:
-
Memberikan
kesempatan istirahat kepada alat pencernaan “ karena pada hari saat kita tidak
berpuasa alat pencernaan didalam tubuh bekerja sangat keras, dan pada sat
puasalah alat pencernaan tersebut beristirat.
-
Membersihkan
tubuh dari racun dan kotoran (detoksifikasi). “berarti membatasi kalori yang
masuk dalam tubuh kita sehingga menghasilkan enzim anti oksi dan yang dapat
membrsihkan zat-zat yng besifat racun dan karsinogen dan mengeluarkannya dari
dalam tubuh.
-
Mencegah
penyakit yang timbul karenapola makanan yang berlebihan gizi, yang belum tentu
baik untuk kesehatan seseorang, “kelebihan gizi atau overnutrisi mengakibatkan
kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit denga negeratif seprti kolesterol,
jantung koroner, diabetes dll.
Yang
paling mengejutkan lagi ialah puasa diakui oleh beberapa orang ahli dari barat
yang non muslim, seperti Allan Cott M.D yang berkebangsaan Amerika, Dr.yuli
nikolayev yang berkebangsaan rusia dan Alvenia M. Fulton yang berkebangsaan
Amerika.
Allan
Cott M.D bahkan telah membukukan beberapa hikmah dari puasa kedalam sebuah buku
yang brjudul why fast? Diantara lain:
-
To feel better
physically and mentally (merasa lebih baik secara fisik dan mental)
-
To let the body
heath itselfe (membuat tubuh sehat dengan sendirinya)
-
To get more out
of sex (lebih mampu mengendalikan sex)
Sementara
itu Dr. Yuri Nikalayev berpendapat bahwa b erkemam puasa yang bisa membuat
seseorang menjadi awet muda adalah sebagai suatu penemuan terbesar abad ini.
Beliau mengatakan: Menurut pendapat anda, apakah penemuan terpenting abad
ini? jam radioakti? Bom ekoset? Menurut
pendapat saya, penemuan terbesar dalam abad ini ialah kemampuan seseorang
mebuat rinya tetap awet muda secara fisik, mental, dan spirotual, melalui puasa
yang rasional.
Alvenia
m. Fulton, direktur lembaga makanan sehat “futonia” di amerika serikat
menyatakan bahwa puasa adalah cara tebaik untuk memper indah dan mempercantik
perempuan secara alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat.
Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk keindan tubuh.
Ketiga
orang ahli tersebut yang notabene adalah non muslim bahkan mengakui kehebatan
dari puasa.mengapa kita yang muslim justru terkadang melalaikannya.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Memang
segala sesuatu harus diketahui ilmunya dan dasar-dasar yang mendasari suatu
hal, sehingga seseorang akan mampu mempelajari dan mengamalkan sesuatu hal yang
banyak dan dengan baik seperti puasa sunat, maka seseorang itu akan
melaksanakan puasa sunat secara bersungguh-sungguh jikalau tahu manfaatnya dan
hukum-hukum yang mendasari sebuah amalan.
B. Saran
Jangan
sia-siakan kesempatan terbaik ini yaitu puasa sunat karena kita tidak tahu
kapan kita akan di panggil oleh yang Kuasa.
Puasa sunat merupakan sarana paling
efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, oleh karena itu amallah secara
sunguh-sungguh dari sekarang karenaq esok belum tentu diberi umur panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hafizh Ibnu
Hajar Al-A’sqalani, Bulugul Maram, Semarang: Karya Toha Putra
Syaikh
Muhammad Idris Al-Banjari, Sabilal Muhtadin Lilfiqhi fi Imaruddin ,Haramain: Jeddah
http//:ainaini.wordpress.com
[1] Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-A’sqalani, Bulugul Maram, (Semarang: Karya Toha Putra)
hal 138
[3] Imam
Hasan Al-Banna, Fiqhussunnah( Bairut: Daral Faith) hal 52
[4]Syaikh Muhammad Idris Al-Banjari, Sabilal Muhtadin Lilfiqhi fi Imaruddin ,
(Haramain: Jeddah) hal. 139.
[5]Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-A’sqalani, Bulugul Maram, (Semarang: Karya Toha Putra)
hal 138
[6]Syaikh
Muhammad Idris Al-Banjari, Sabilal
Muhtadin Lilfiqhi fi Imaruddin , (Haramain: Jeddah) hal. 137
[7] http//: ainaini.wordpress.com/2012/01/06-cara-memenej-puasa-sunnah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar