Translate

Sabtu, 26 April 2014

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL


BAB  I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

            Sebagai makhluk sosial, kita memerlukan komunikasi dengan orang lain, entah secara pribadi antara dua orang, dengan beberapa orang, dengan sejumlah kecil orang, atau dengan sejumlah besar orang dan massa. Sebagai makhluk sosial, kita merasa perlu berhubungan dengan orang lain. Kita memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan mereka. Hubungan kita dengan orang lain berbeda tingkat keeratan dan rasa keterikatannya. Di antara orang-orang lain itu, ada yang sekadar menjadi orang lain bagi kita. Mereka menjadi orang asing yang tidak kita kenal.  Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk peristiwa komunikasi dalam masyarakat.
            Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia secara kodrati harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsunagn hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya manusia harus hidup bermasyarakat. Masyarakat bisa berbentuk kecil dan bisa berbentuk besar. Komunikasi pribadi (personal commication) adalah komunikasi seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Tatanan komunikasi (setting of communication) ini terdiri dari dua jenis, yakni komunikasi intrapribadi dan komunikasi antar pribadi. Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari waktu kita digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain.
            Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan adanya kesalahfahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia baru akan menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan efektif.yang harus dimiliki seorang manusia. Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauhmana tujuan-tujuan tersebut dicapai.
            Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha komunikasi tersebut akan gagal.
            Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam berkomunikasi( communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki communication skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan gaya yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka pakai sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan dalam berkomunikasi.

B.       Rumusan Masalah

                        Dari latar belakang masalah  maka yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah :
1.    Apakah pengertian dari Komunikasi Interpersonal?
2.    Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam komunikasi interpersonal?
3.    Apa saja tipe-tipe dari komunikasi interpersonal?

C.      Tujuan Pembahasan

                        Berdasarkan perumusan masalah diatas maka pembahasan ini bertujuan untuk:
1.        Untuk mengetahui pengertian dari Komunikasi Interpersonal!
2.        Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam dalam komunikasi interpersonal!
3.        Untuk mengetahui tipe-tipe dari komunikasi interpersonal!

D.      Manfaat Pembahasan

                        Manfaat yang dapat diperoleh melalui pembahasan ini adalah:
1.        Memberi pengetahuan bagi para mahasiswa pengertian Komunikasi Interpersonal.
2.        Memberi pandangan bagi mahasiswa hal-hal yang harus diperhatikan dalam dalam komunikasi interpersonal .
3.        Memberi pengetahuan bagi mahasiswa tenteng tipe-tipe komunikasi interpersonal.






BAB  II
KOMUNIKASI INTERPERSONAL

A.      Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yang vital dalam organisasi karena komunikasi diperlukan bagi efektifitas kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan, manajemen konfilk, serta proses-proses organisasi lainnya.
Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh komunikasi utama dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang tergantung pada satu sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan satu pada satu percakapan atau individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu kita memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk membangun dan menegosiasikan realitas social.[1]
Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback (proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika).
Berdasarkan definisi Devito itu, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya antara penyaji makalah dengan seorang peserta seminar.
Dibandingkan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling efektif dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan karena efek atau timbal balik yang ditimbulkan dari proses komunikasi tersebut dapat langsung dirasakan. Hal ini dikarenakan komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung tatap muka. Ketika seseorang atau komunikator menyampaikan pesan, maka pada saat itu juga komunikator tersebut dapat mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan.

Apabila umpan baliknya positif dalam artian tanggapan komunikan sesuai dengan keinginan komunikator, maka komunikator akan mempertahankan gaya komunikasinya tetapi jika tanggapan komunikan negatif, maka komunikator harus mengubah gaya komunikasinya sampai komunikasinya berhasil.
Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya yaitu :
a.                   Komunikasi diadik (Dyadic communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara dua orang secara tatap muka misalnya dialog, atau wawancara.
b.                  Komunikasi triadik (Triadic communication)
Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelaku komunikasinya terdiri dari tiga orang, yaitu seorang komunikator dan dua orang komunikan.
Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan sepenuhnya, sehingga ia dapat menguasai komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.[2]

B.       Komunikasi Interpersonal dalam Konteks Bisnis
            Komunikasi bisnis adalah proses pertukaran pesan atau informasi untuk mencapai efektivitas dan efisiensi produk kerja di dalam struktur dan sistem organisasi. Komunikasi bisnis mencakup berbagai macam bentuk komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal yang akan kami paparkan dihalaman yang akan datang.
            Komunikasi bisnis yang berhasil dengan baik adalah komunikasi yang dilakukan secara efektif sesuai dengan kondisi dan situasi organisasi yang bersangkutan. Dengan komunikasi yang baik dan tertata tujuan organisasi akan lebih mudah dicapai.
            Komunikasi akan Efektif apabila terjadi pemahaman yang sama dan merangsang pihak lain untuk berpikir atau melakukan sesuatu”. Juga akan membantu mengantisipasi masalah, membuat keputusan yang tepat, dapat mengkoordinasikan aliran kerja, mengawasi orang lain, dan mengembangkan berbagai hubungan.
            Faktor-Faktor yang mempengaruhi KE adalah kredibilitas (bagian dari kepercayaan, ini dapat muncul melalui keahlian dan status sosial) dan daya tarik komunikator (karena dikagumi dan disenangi misal: artis), kemampuan pesan untuk membangkitkan tanggapan (karena menarik perhatian –dirancang dengan format yang baik-pilihan kata yang tepat-waktu dan media yang tepat).
            Kemampuan komunikan untuk menerima dan memahami pesan (mampu memahami pesan, sadar akan kebutuhan dan kepentingan, mampu mengambil suatu keputusan sesuai kebutuhan dan kepentingan, secara fisik dan mental mampu menerima pesan).
            Efektifitas komunikasi bisnis ditentukan oleh persepsi, ketepatan, kredibilitas, pengendalian, kecocokan.[3]

C.      Tipe Komunikasi Interpersonal
`           Secara garis besarnya, komunikasi interpersonal dibagi menjadi dua tipe, yakni verbal dan nonverbal.

1.      Komunikasi Verbal.
            Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting.[4]
   Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:
a.       Bahasa
Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain.[5]
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:
a).       Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita;
b).      Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia
c).       Untuk menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
Bagaimana mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada tiga teori yang membicarakan sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh seorang ahli psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori ini menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih dikenal dengan istilah S-R. teori ini menyatakan bahwa jika satu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung akan member reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.
Teori kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan oleh Noam Chomsky. Menurutnya kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang dibawa dari lahir.
Teori ketiga disebut Mediating theory atau teori penengah. Dikembangkan oleh Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan (stimuli) yang diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.[6]
b.      Kata   
Kata merupakan unti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambing yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal. Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang.[7]

2.      Komunikasi Nonverbal.
            Nonverbal communication is all aspects of communication other than words themselves. It includes how we utter words (inflection, volume), features, of environments that affect interaction (temperature, lighting), and objects that influence personal images and interaction patterns (dress, jewelry, furniture).[8] (Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri. Ini mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata (infleksi, volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel).
Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan (action) atau objek (object).
Bahasa Tubuh. Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan,, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak, dan sikap orang.
Tanda. Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera, rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga.
Tindakan/perbuatan. Ini sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menekan gas mobil kuat-kuat. Semua itu mengandung makna tersendiri.
Objek. Objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot rumah, harta benda, kendaraan, hadiah.[9]
Hal menarik dari komunikasi nonverbal ialah studi Albert Mahrabian yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55% dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal.
Oleh sebab itu, Mark knapp menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk:
a.       Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)
b.      Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)
c.       Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
d.      Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.
3.      Perbedaan Antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal
There are differences between the two systems of communication.
First, nonverbal communication is perceived as more honest. If verbal and nonverbal behaviors are inconsistent, most people trust the nonverbal behavior. There is little evidence that nonverbal behavior actually is more trustworthy than verbal communication; after all, we often control it quite consciously. Nonetheless, it is perceived as more trustworthy. (Anderson, 1999) (ada perbedaan antara kedua sistem komunikasi. Pertama, komunikasi nonverbal yang dianggap lebih jujur​​. Jika perilaku verbal dan nonverbal yang tidak konsisten, kebanyakan orang percaya perilaku nonverbal. Ada sedikit bukti bahwa perilaku nonverbal sebenarnya lebih dapat dipercaya daripada komunikasi verbal, setelah semua, kita sering mengontrolnya cukup sadar. Meskipun demikian, hal itu dianggap lebih dapat dipercaya.
Second, unlike verbal communication, nonverbal communication is multi channeled. verbal communication usually occurs within a single channel; oral verbal communication is received through hearing, and written verbal communication may be seen, felt, heard, smelled, and tasted. We often receive nonverbal communication simultaneously through two or more channels, as when we feel and see a hug while hearing a whispered "I love you" (Kedua, tidak seperti komunikasi verbal, komunikasi nonverbal adalah multi disalurkan. komunikasi verbal biasanya terjadi dalam satu saluran, komunikasi verbal lisan yang diterima melalui pendengaran, dan komunikasi verbal tertulis dapat dilihat, dirasakan, didengar, berbau, dan mencicipi. Kami sering menerima komunikasi nonverbal secara bersamaan melalui dua atau lebih saluran, seperti ketika kita merasa dan melihat pelukan sambil mendengar berbisik "​​I love you").
Finally, verbal communication is discrete, whereas nonverbal communication continuous. Verbal symbols start and stop; we begin speaking at one moment and stop speaking at another moment. In contrast, nonverbal communication tends to flow continually. Before we speak, our facial expressions and posture express our feelings; as we speak, our body movements and appearance communicate; and after we speak our posture changes, perhaps relaxing. (Akhirnya, komunikasi verbal adalah diskrit, sedangkan komunikasi nonverbal terus menerus. Simbol verbal mulai dan berhenti, kami mulai berbicara pada satu saat dan berhenti berbicara saat yang lain. Sebaliknya, komunikasi nonverbal cenderung mengalir terus. Sebelum kita berbicara, ekspresi wajah dan postur mengungkapkan perasaan kita, saat kita bicara, gerakan tubuh kita dan mengkomunikasikan penampilan, dan setelah kita berbicara postur tubuh berubah, mungkin santai).[10]
Secara sekilas telah diuraikan pada bagian awal tulisan ini, bahwa antara komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti. kedua bahasa tersebut bekerja bersama-sama untuk  menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga memiliki perbedaan-perbedaan. Dalam pemikiran Don Stacks dan kawan-kawan, ada tiga perbedaan utama di antara keduanya yaitu kesengajaan pesan (the intentionality of the message), tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan (the degree of symbolism in the act or message), dan pemrosesan mekanisme (processing mechanism). Kita mencoba untuk menguraikannya satu per satu.

a.       Kesengajaan (intentinolity)
Satu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah persepsi mengenai niat (intent). Pada umumnya niat ini menjadi lebih penting ketika kita membicarakan lambang atau kode verbal. Michael Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal adalah komunikasi kalau pesan tersebut
1) dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan
2) diterima oleh penerima secara sengaja pula.
Komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. atau intent tersebut. Persepsi sederhana mengenai niat ini oleh seorang penerima sudah cukup dipertimbangkan menjadi komunikasi nonverbal. Sebab, komunikasi nonverbal cenderung kurang dilakukan dengan sengaja dan kurang halus apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal. Selain itu, komunikasi nonverbal mengarah pada norma-norma yang berlaku, sementara niat atau intent tidak terdefinisikan dengan jelas. Misalnya, norma-norma untuk penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun berapa Bering kita dengan sengaja berpakaian untuk sebuah situasi tertentu? Berapa kali seorang teman memberi komentar terhadap penampilan kita? Persepsi receiver mengenai niat ini sudah cukup untuk memenuhi persyaratan guna mendefinisikan komunikasi nonverbal.

b.      Perbedaan perbedaan simbolik (symbolic differences)
Kadang-kadang niat atau intent ini dapat dipahami karena beberapa dampak simbolik dari komunikasi kita. Misalnya, memakai pakaian dengan warna atau model tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu `pesan' oleh orang lain (misalnya berpakaian dengan warna hitam akan diberi makna sebagai ungkapan ikut berduka cita).
Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk komunikasi yang diantarai (mediated form of communication). Dalam arti kita mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita gunakan adalah abstraksi yang telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat intensional dan harus 'dibagi' (shared) di antara orang-orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih alami, isi beroperasi sebagai norma dan perilaku yang didasarkan pada norma. Mehrabian menjelaskan bahwa komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit dibanding bahasa nonverbal yang bersifat implisit. Artinya, isyarat-isyarat verbal dapat didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit dan lewat aturan-aturan sintaksis (kalimat), namun hanya ada penjelasan yang samar-samar dan informal mengenai signifikansi beragam perilaku nonverbal.
Mengakhiri bahasan mengenai perbedaan simbolik ini, kita mencoba untuk melihat ketidaksamaan antara tanda (sign) dengan lambang (simbol). Tanda adalah sebuah representasi alami dari suatu kejadian atau tindakan. la adalah apa yang kita lihat atau rasakan. Sedangkan lambang merupakan sesuatu yang ditempatkan pada sesuatu yang lain. Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Contoh, tanda dari sebuah kursi adalah kursi itu sendiri, sedangkan lambang adalah bagaimana kita menjelaskan kursi tersebut melalui abstraksi. Dengan perkataan lain, apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah tanda (sign) dan bagaimana menciptakan perbedaan yang berubah-ubah untuk menunjukkan derajat ketertarikan tersebut adalah lambang (simbol). Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa nonverbal, dalam arti is dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang berubah-ubah, sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi.
  
c.       Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)
Perbedaan ketiga antara komunikasi verbal dan nonverbal berkaitan dengan bagaimana kita memproses informasi. Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak kita menafsirkan informasi ini lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan perilaku-perilaku fisiologis (refleks) dan sosiologis (perilaku yang dipelajari dan perilaku sosial).
Satu perbedaan utama dalam pemrosesan adalah dalam tipe informasi pada setiap belahan otak. Secara tipikal, belahan otak sebelah kiri adalah tipe informasi yang lebih tidak berkesinambungan dan berubah-ubah, sementara belahan otak sebelah kanan, tipe informasinya Iebih berkesinambungan dan alami (pada uraian di bawah, Malandro dan Barker juga menjelaskan mengenai hal ini).
Berdasarkan pada perbedaan tersebut, pesan-pesan verbal dan nonverbal berbeda dalam konteks struktur pesannya. Komunikasi nonverbal kurang terstruktur. Aturan-aturan yang ada ketika kita berkomunikasi secara nonverbal adalah lebih sederhana dibanding komunikasi verbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis. Komunikasi nonverbal secara tipikal diekspresikan pada saat tindak komunikasi berlangsung. Tidak seperti komunikasi verbal, bahasa nonverbal tidak bisa mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa lalu atau masa mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks di mana interaksi tersebut terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks tersebut.






BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
            Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
            Komunikasi bisnis adalah proses pertukaran pesan atau informasi untuk mencapai efektivitas dan efisiensi produk kerja di dalam struktur dan sistem organisasi. Efektifitas komunikasi bisnis ditentukan oleh persepsi, ketepatan, kredibilitas, pengendalian, kecocokan.
            Secara garis besarnya, komunikasi interpersonal dibagi menjadi dua tipe, yakni verbal dan nonverbal.
            Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.
            Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri. Ini mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata (infleksi, volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel).

B.       Saran
                Akhirnya kami mampu menyusun satu makalah yang kami beri judul Komunikasi Interpersonal. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekurangan yang belum menyempurnakan isi makalh ini, oleh karena demikan, kami sangat mengharapkan pembenaran makalah kami ini dengan berupa kritikan yang bersifat membangun dan memberikan saran untuk penyempurnaan makalah ini.






DAFTAR PUSTAKA


http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_interpersonalBuku Psikologi Komunikasi, karangan Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. Penerbit Rosda


Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Kanisius, 2003.
                          
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2007.
Julia T. Wood, Communication in Our Lives, USA:  University of North Carolina at Capital Hill,  2009.


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_interpersonalBuku Psikologi Komunikasi, karangan Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. Penerbit Rosda
[2] Ibid,.

[3] http://dif15.blogspot.com/2013/01/komunikasi-dalam-bisnis.html
[4] Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), halaman 22
[5] Ibid., halaman. 23
[6] Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2007), halaman 99-102
[7] Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), halaman 24
[8] Julia T. Wood, Communication in Our Lives, (USA:  University of North Carolina at Capital Hill,  2009), halaman 131
[9] Op. Cit., halaman  27
[10] Julia T. Wood, Communication in Our Lives, (USA: Wadsworth Cengage Learning, 2009), halaman 131-132

AMALAN AGAR SELAMAT IMAN KETIKA SAKARATUL MAUT

🔔 FAEDAH🔔 فائدة عن سيدى عبد الوهاب الشعرانى نفعنا الله به أن من واظب على قراءة هذين البيتين فى كل يوم جمعة توفاه الله على الإسلام م...